rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Selasa, 09 Juni 2009

Nasi itu bernama GILA!!

Sayup-sayup adzan Isya terdengar. Angin yang berkeliaran sesaat setelah hujan reda, mengetuk-ngetuk pori-pori kulit, seolah memerintahkan diri untuk segera memasuki sebuah ruangan, yang tidak hanya akan menghangatkan badan, tapi juga jiwa. Ruangan itu bernama mesjid. Saya harus segera kesana, karena memang Tuhan telah memanggil melalui seruannya yang teramat mulia untuk diabaikan.

Tetapi beberapa waktu sebelum itu. Saya baru saja menghabiskan sepiring nasi gila. Entah karena apa produk kuliner yang satu ini dinamakan “gila”. Mungkin karena “kepribadiannya” yang terbelah, ada telur, sosis, baso, dan bumbu-bumbu yang dioseng (di acak-acak) menjadi satu. Dan dituangkan begitu saja, tanpa konsistensi, ke atas sepiring nasi panas yang masih mengepul, lalu kemudian ditelantarkan pula sepotong kerupuk udang di atasnya. Kalau begini, mungkin ada nama lain yang lebih cocok: Nasi Schizo.

Atau, dinamakan nasi gila, bisa jadi karena nasi yang populer sekitar tahun 2005an di belahan bumi jatinangor ini, diracik dan ditemukan oleh seseorang yang “sedang gila”. Bukan “gila” dalam pengertian umum tentunya, dimana ia diasosiasikan dengan orang yang tak berbaju, atau compang-camping, yang serba hitam karena badannya dipenuhi dengan debu dan kotoran, dan rambutnya mengeras seperti tembok, plus berjalan tanpa tujuan dengan wajah linglung (atau tersenyum-senyum tak jelas). Tapi, bukankah kita semua mengidap kegilaan, dengan derajat tertentu?. Setidaknya begitulah kata para psikolog. Nah, bisa jadi, nasi gila ditemukan oleh orang saat ia sedang mengalami “konsleting otak”, “stress”, “depresi”, atau “ecstacy”?...entahlah.

Saya mengakhiri ritual makan malam itu dengan menyisakan beberapa butir potongan bakso, karena entah kenapa, setelah berpikir bagaimana nasi gila ini terbentuk, tiba-tiba saja imajinasi saya berkelebatan ke tayangan berita kemarin lusa, tentang daging celeng yang “disusupkan” ke dalam berbagai bahan makanan olahan…astaghfirullah.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini