rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Rabu, 15 Juli 2009

Sepucuk Mimpi dari Kusnohadi

Pedicab delivering goodsImage via Wikipedia

Hati saya pecah, berkeping-keping. Saat menyaksikan kisah memukau dua orang bapak yang memutuskan untuk pergi berhaji dengan menggunakan sepeda dan becak.

Salah satunya saya ingat bernama Kusnohadi. Saat ditanya mengapa ia mau berbuat sedemikian “nekat”, Kusnohadi yang sederhana hanya menjawab “ya, kan sekarang ongkos haji mahal”. Keseharian Kusnohadi disibukkan oleh aktivitas utamanya sebagai “pilot” becak. Ia memang tidak muda lagi, tapi pengalaman tahun 1986, dimana ia juga pernah berhasil mengelilingi nusantara dengan sepeda, membuatnya yakin bahwa ia bisa melakukan hal serupa, ke Mekah, Baitullah.

Kusnohadi hanyalah orang sederhana. Aktivitasnya, penampilannya, dan juga keluarganya. Ia punya cukup alasan untuk tidak memutuskan berhaji tahun ini, karena haji diperuntukkan hanya bagi yang mampu. Tapi toh kusnohadi memang merasa mampu. Orang boleh bilang, “Kusnohadi cari sensasi!!”. Tapi wilayah kita tidak untuk menilai hati kawan. Dan saya hanya bisa melihat kejujuran Kusnohadi di matanya. Ya, di matanya yang gerimis saat wartawan bertanya tentang keinginannya itu. Ia rindu dengan Baitullah.

Kusnohadi adalah gambaran tentang keluarbiasaan sebuah karakter. Tak sedikit kita temui, orang-orang dengan nasib serupa seperti kusnohadi atau bahkan sedikit lebih baik darinya berkata, “aduh, jangankan untuk naik haji, ngurus anak aja sudah repot, besok ga tau mau makan apa, rumah kontrakan belum di bayar….belum lagi si renten itu terus nagih utang saya….”.

Tapi Kusnohadi punya mimpi. Ia tak peduli seberapa banyak keterbatasan yang ia miliki. Yang ia tahu, ia menginginkan sesuatu. (titik)

Kusnohadi juga punya tekad yang kuat, tekad untuk menjangkau mimpi-mimpinya melalui sebuah tindakan nyata yang penuh dengan heroisme seorang manusia. Dan tentu ia mengorbankan banyak hal, yang paling berat adalah keluarga yang ditinggalkannya, anak dan istri yang tidak pernah tahu apakah Kusnohadi sampai pada mimpi-mimpinya atau tidak.

Terakhir, hal terpenting bagi seorang pemimpi yang ada dalam diri Kusnohadi, adalah bahwa ia punya keyakinan. Tak peduli orang berkata, “ah, mana mungkin, Mekah kan jauh, pake becak lagi!!”. Yang ia tahu, ia yakin bahwa kelak ia akan dapat mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. Yang ia tahu, Tuhan tidak akan “menelantarkan” hambanya yang bertandang ke Rumah_Nya. Dan yang ia tahu, ia yakin akan sampai ke Baitullah, berdoa dan beribadah di dalamnya, meneteskan air mata, menundukkan hati dan menumpahkan kerinduan dihadapan keagungan Tuhan.

Lewat tindakannya, Kusnohadi menitip pesan untuk kita semua, “Set your goals high, and don’t stop till you get there”.

Dahsyat…Kusnohadi bisa bahasa inggris…hehe(just kiding:))

Qoutes from: Bo Jackson


Reblog this post [with Zemanta]

Sabtu, 11 Juli 2009

Between Bond and Bourne

The Bourne Ultimatum: Original Motion Picture ...Image via Wikipedia

Siapa yang tak kenal dengan James bond?. Sang agen flamboyan dengan karakter yang sangat khas. Senjata super canggih, dress code yang necis, kendaraan super keren yang multifungsi, jam tangan cerdas, dan tentunya__wanita cantik. Semuanya melekat dalam karakter seorang agen rahasia yang dikenal dengan kode 007nya ini.

Ada nama lain yang kita kenal, ia dipanggil Bourne, Jason Bourne. Yang juga seorang agen rahasia. Bourne “lahir” di CIA sebagai seorang “prajurit” terbaik, ia kemudian mengalami proses menyakitkan karena CIA telah memprogram pikirannya, melalui sebuah projek yang super rahasia. Misi utamanya, agen-agen yang diprogram ini harus menjalankan tugas-tugas penting dari CIA yang “sangat ambisius”, “berbahaya” namun penuh kontrofersi. Semacam membunuh pemimpin negara yang dianggap “menyebalkan” oleh para petinggi CIA, sampai membunuh pejabat CIA lain yang dianggap sudah tidak sevisi lagi.

Kisah keduanya, baik Bond maupun Bourne memang sangat atraktif. Bond menyelidiki akar kejahatan musuh dan menghentikannya. Bourne__mencari dirinya sendiri. Dan pada saat yang sama harus bertahan dari rencana-rencana pembunuhan oleh agen-agen CIA yang lain terhadap dirinya, karena Bourne dianggap sebagai “produk gagal” yang membangkang.

Bourne dan Bond sama-sama agen. Tapi mereka berdua berbeda. Bond keren karena “alat-alat” yang melengkapi dirinya, perlengkapan dengan teknologi canggih dan lainnya. Aksi atraktif Bond diwarnai dengan “beraksinya” gadget-gadget keren ini, dan wajar musuhpun berjatuhan. Serunya, si penjahat tahu senjata terampuh untuk menghentikan aksi Bond: wanita…hmmm, dasar Bond.

Bourne berbeda. Ia “canggih” bukan karena peralatan keren yang menempel pada dirinya. Bourne tak dilengkapi peralatan canggih apapun. Bourne canggih karena otaknya yang super cerdas, dan fisiknya yang sangat dinamis. Ia bisa mengecoh para petinggi CIA, dan lolos dari kejaran polisi dengan hanya menggunakan mobil moris butut yang sering kita lihat dipakai mister Bean. Bourne juga bisa melumpuhkan agen suruhan CIA bersenjata lengkap hanya dengan sebuah pulpen…ya, pulpen untuk menulis. Bahkan, ia bisa merangkai “jalan” yang sangat cantik dan super genius untuk membongkar kejahatan bos CIA dan menjebloskannya ke penjara.

Bond dan Bourne memang sangat berbeda. Tapi ada satu lagi persamaan mereka. Persamaan keduanya adalah kenyataan bahwa mereka hanya ada di dunia fiksi. Keduanya tidak ada di dunia nyata, hanya tokoh buatan.

So, kalo ada peran yang ditawarkan di “dunia nyata”, dan saya harus memilih antara karakter James Bond atau Jason Bourne, saya akan memilih yang kedua….ya, yang kedua. Yang kemaren menang versi quick count oleh lima lembaga survey sebanyak 60%nan…ups, beda konteks euy..hehe, punten ya.

Baiklah kita lanjutkan….(lagi, diluar konteks!!dasar euforia!!). hmm…intinya, “Menjadi” seorang Bourne, Lebih seru kawan. Terbatas fasilitas tapi kaya aktivitas….super atraktif, that’s the point.

Nantikan, “Bourne (4): True Identity”…hehe, ngarep!!!!

Reblog this post [with Zemanta]

Cari Blog Ini