rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Rabu, 24 Juni 2009

Antara Hujan dan Optimisme

Saya adalah orang yang senang bepergian. Dan motor adalah kendaraan yang paling ideal untuk saya gunakan (untuk saat ini), karena ia bisa menyelinap kamanapun saat kemacetan mendera. Tapi taukah kawan, keidealannya bisa terbantahkan ketika hujan turun?. Guyuran air yang turun dari awan itu akan membasahi pakaian kita, dan setidaknya membuat kita kedinginan. Kemudian, tantangan besar berikutnya adalah, saya tidak pernah menyiapkan jas hujan, padahal sudah lama saya dengar pepatah memberikan nasihatnya “sedia jas hujan sebelum hujan”.

Biasanya, jika dalam perjalanan hujan turun, saya menghentikan motor sejenak dan memarkirkannya di pinggir jalan untuk berteduh. Walaupun memakan waktu yang cukup lama untuk menunggu sang hujan pulang ke peraduannya. Atau jika hanya gerimis, saya akan melanjutkan perjalanan tanpa menoleh untuk berhenti.

Pernah suatu ketika, saat saya melaju dengan kecepatan kurang lebih 60 KM/jam, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Air hujan itu turun dari atas seperti berondongan peluru yang ditembakkan tanpa ampun. Seketika pakaian saya basah, demikian juga tas yang tidak anti air, yang juga tidak kebetulan didalamnya berisi laptop. Menurut hukum logika, seharusnya (seperti biasa) saya menghentikan motor dan berteduh.

Tapi waktu itu, entah mengapa intuisi saya mengatakan lain. Tiga detik pertama ketika hujan turun, intuisi saya mengatakan “lanjutkan saja bang, langit di depan sedang cerah, jadi hujan ini takkan lama…lagian bentar lagi sudah mau sampai rumah”. Mungkin inilah yang dimaksud “blink” oleh malcolm gladwell. Dan sayapun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Ternyata benar kawan, hujan tak berlangsung lama. Hanya beberapa ratus meter perjalanan, hujanpun seolah hilang dengan perlahan. Dan saya telah menghemat waktu sekian menit plus sekian detik, untuk tidak berhenti.

Begitulah hidup kawan, hujan itu ibarat ujian atau tantangan-tantangan yang kita lalui. Kadang tantangan-tantangan itu memaksa kita untuk berhenti merangkai mimpi-mimpi kita. Atau kadang ia berlaku lebih baik, kita hanya perlu berhenti sejenak, baru kemudian melanjutkan perjuangan dengan mengorbankan sedikit waktu yang terbuang.

Tapi kemudian dalam bermimpi, kita perlu optimisme kawan. Optimisme yang tidak hanya di bangun dari keyakinan kosong, tapi benar-benar keyakinan yang kuat. Keyakinan yang mendasari tindakan kita, kemudian sedikit perhitungan rasional tentang apa yang ada dihadapan kita. Ketika hujan itu, saya melihat langit di depan cerah, sehingga intuisi saya juga berkata “disana hujan telah berhenti!”.

Jadi, ketika tantangan mendera kita, ketika ujian merangkul kita hari demi hari, jangan berhenti kawan. Jangan berhenti untuk terus berjuang dengan segenap potensi kita. Jangan berhenti untuk bermimpi dan menuntaskan cita-cita kita, lihatlah ke depan, dan kau akan temukan— “ternyata langit masih cerah”.

Kawan, ingatlah ini: bersama kesulitan, ada kemudahan.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini