Selalu ada harga yang harus dibayar untuk menjadi yang terbaik. Itulah fakta yang semakin saya sadari belakangan ini.
Di saat yang sama di pikiran saya berkelebatan ide-ide tentang bagaimana mewujudkan impian saya. Seolah menjawab kegelisahan saya ini, Allah menakdirkan saya untuk mendengar baik-baik dua nasihat dari dua pengalaman berbeda yang saya lalui. Pertama, nasihat dari bapak Ustadz. Kemarin lusa. Bertempat di rm. Ampera jatinangor, di sela-sela acara buka bersama, bola liar obrolan meluncur ke tema pernikahan. Ada kata-katanya yang sangat saya ingat, dan jadi masukan luar biasa untuk saya, “untuk menikah itu”, katanya, “diperlukan 10%keberanian, dan 90% nekat”…..”tapi, semuanya (keberanian+nekat) itu tetap dibingkai oleh keimanan”.
Jujur ini bukan nasihat baru bagi saya, tapi saya harus mengakui sepenuhnya bahwa nasihat ini punya “nyawa” baru, ketika dibungkus oleh konteks kekinian. Alhamdulillah, saya mendapat semangat baru, bahwa memang segala sesuatu butuh keberanian, dan terkadang kenekatan untuk memulai. Saya juga jadi teringat, dulu ketika job training di DCT saya sempat bertanya sama pak Aji, salah satu trainer DCT“. “pa, apa rahasianya bisa jadi trainer”, kata saya. “Nekat Van…”, jawab pak Aji, singkat, dan hanya itu jawabannya. Saya yakin itu adalah satu kata yang mewakili berjuta pengalaman..hmm
Nasihat kedua, adalah kata-kata yang meluncur dari entrepreneur muda terkenal yang memang sedang naik daun. Namanya Handi Setiono, yang populer lewat kebab turki baba rafinya. Terakhir, ia baru mendapat penghargaan spirit entrepreneur of the year dari ernst and young. Di acara metro pagi, Handi dan istrinya diwawancara seputar kesuksesannya memulai usaha dengan modal 4 juta, hingga saat ini sukses dengan mencapai 500 outlet di seluruh indonesia. Ketika ditanya apa rahasia suksesnya, dan apa pesannya untuk para calon entrepreneur muda indonesia, Handi berpesan, “untuk anda para entrepreneur muda, kalo kita sudah terlalu banyak ide dalam kepala….mulai saja bisnisnya, biar kita merasakan prosesnya, jatuh bangunnya”.
Ya, itulah masalah kebanyakan kita, terlalu banyak berpikir, dan miskin dalam mengambil tindakan. Saya jadi teringat tentang kisah tiga ekor katak yang memutuskan untuk melompat. Hmmm. Ada satu lagi pelajaran hidup yang terlampau manis untuk dilewatkan, sebuah fakta bahwa dalam mencapai kesuksesan kita harus memulai, kita harus bertindak, dan seringkali tindakan itu mengandung resiko besar. Tapi memang begitulah hidup, tak akan ada hasil tanpa resiko, dan ukuran resiko akan berbanding lurus dengna hasil yang didapatkan. Oleh karenanya, 90% kita harus nekat….dalam bungkus keimanan tentunya.
So, keep movin…begitu pesan salah seorang teman di facebook.
Oiya, ada satu inspirasi yang terlewatkan. Saya mendapatkannya hari ini, dari sebuah program trans7, She Can. Dan sepertinya ini akan jadi program favorit saya. Kisah nyata yang diangkat adalah tentang seorang TKW, lulusan sma yang telah sukses menjadi penulis buku best seller. Cerita bermula ketika sang TKW melihat iklan workshop kepenulisan, dan ia memutuskan untuk mengikutinya. Kegemaran menulispun timbul dan ia memutuskan untuk mengikuti milis para penulis.
Disana ia belajar banyak. Tentang bagaimana membuat tulisan yang menarik. Akhirnya, tibalah tawaran untuk membukukan tulisan-tulisannya. Judul bukunya hebat, “Anda Luar Biasa!!”. Pasca penerbitan bukunya, sang TKW banyak menerima panggilan, untuk memberikan motivasi…dan kini ia adalah seorang motivator. Yang membongkar tembok-tembok ketidakmungkinan, dan membuktikan kepada dunia, bahwa if there is a will, there is a way…
Diantara anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, adalah kemampuan berbicara. Kita telah melihat betapa sejarah dibangun oleh para orator-orator ulung. Kemampuan berbicara, menjadi ukuran kebesaran seorang pelaku sejarah. Kita tentu ingat Hitler dengan orasi-orasinya, begitupun Musolini di itali. Meskipun memang negativitas kedua orang ini besar, tapi mereka sama-sama menggunakan kemampuan berbicaranya untuk mempengaruhi dan mengubah massa. Dan alat yang sama (kemampuan berbicara) tentunya juga bisa kita lakukan untuk kebaikan.
Kita juga mengenal Soekarno. Untuk membuat sebuah orasi yang memukau, Soekarno berlatih di depan cermin. Ia juga memperbanyak jam terbangnya dengan selalu memberikan pidato-pidatonya dalam setiap pertemuan organisasi pemuda. Ia juga banyak mengutip pemikiran orang-orang besar dalam sejarah. Untuk ukuran pada zamannya, Soekarno terhitung kreatif dengan upaya-upayanya dibandingkan dengan orator-orator bangsa yang lainnnya. Artinya, untuk menjadi seorang orator ulung, dibutuhkan adanya kreativitas.
Masih ingat Obama yang fenomenal?. Ia terkenal bukan hanya dari kecerdasan dan aksi-aksinya, tetapi juga pidatonya yang memukau. Ia berbicara jelas, kadang berapi-api untuk menunjukkan dan menggugah semangat bangsanya. Dan kesuksesan Obama sebagai orator, meninggalkan sebuah jejak, artinya bisa kita tiru, ikuti, dan modifikasi. Sudah barang pasti, pidato-pidato Obama juga merupakan produk kreativitas, bukan hanya dari dirinya, tapi tim di balik pidatonya.
Adalah John Faverou sang penulis pidato Obama. Ia mengolah hasil riset, kemudian mengembangkan dan menulis bahan-bahan untuk pidato Obama. Ketika puncak kampanye, John harus memutar otaknya sehari selama hampir 16 jam, hanya untuk satu pekerjaan: merancang dan menulis pidato Obama. John memang jarang disebut-sebut di Media, tapi bahan-bahan dan segala proses kreatif yang mendahuluinya, ikut andil dalam kesuksesan Obama.
Jadi, dalam sebuah aktivitas publik speaking, kreativitas mutlak diperlukan. Kreativitas diawali dengan pemahaman yang utuh tentang siapa audiens dan berbagai kecenderungan serta kebutuhannya. Kedua, menentukan bagaimana pembukaan akan dilakukan. Ketiga, merancang pesan-pesan kunci sebagai jawaban dari kebutuhan peserta, dan apa yang ingin mereka dengar. Dan terakhir adalah dorongan untuk mengajak audiens melakukan sesuatu. Ini tidak mudah, tapi bisa dilakukan.
Kita harus memutar otak lebih keras, agar pengaruh speaking kita lebih “menderas”.
Begitulah kata-kata, sifatnya seperti pisau. Selalu punya dua sisi, kebaikan dan kejahatan. Maka berhati-hatilah atasnya, gunakan ia untuk menumbuhkan dirimu dan orang lain, karena kata-kata yang kesalahan arah, akan berubah menjadi darah. Perhatikanlah bagaimana kata “cicak dan buaya” memaksa jutaan mata, telinga, hati dan pikiran menjadi lelah.
Kata-katalah yang membentuk orang-orang besar yang memperjuangkan kebanaran. Menyulap seorang budak menjadi raja di dunia dan akhirat. Kata-kata juga yang membesarkan para penjahat gombal, yang selalu konsisten memperjuangkan kesalahan. Yang menjatuhkan sang kaisar menjadi seseorang yang kesasar.
Sekarang, marilah kita sedikit “mendaratkan” cara pandang kita. Lihatlah bagaimana kata-kata mengubah persahabatan menjadi suram, dan penuh dengan kebencian. Tapi perhatikan juga bagaimana kata-kata dapat mengikat persahabatan jadi sehidup semati, susah maupun senang, dunia juga akhirat.
Katalah, yang menjerumuskan seseorang pada jerat-jerat cinta, yang tampilannya rupawan tapi isinya mengerikan. Yang penampakannya berbunga-bunga, tapi jiwanya berduri-duri. Kemudian, kata juga yang membimbing seseorang menapaki jalan cinta para pejuang. Yang suci, yang abadi, yang hakiki.
Kemudian jika kata, disulam menjadi senjata, waspadalah. Karena ia bisa jadi sangat menyakitkan, atau bisa juga sangat membangkitkan.
Maka ketika kamu diberi kesempatan, untuk menyampaikan sepatah-duapatah kata, dalam setiap panggung kehidupan, pastikan kata-katamu adalah senjata terbaik. Senjata, untuk menghancurkan tembok-tembok pembatas kreativitas, meruntuhkan hambatan-hambatan belajar dan berkarya, membunuh setiap perasaan dan sikap pesimis, mengubah energi negatif menjadi positif, menghanguskan rasa rendah diri dan keterbelakangan, membongkar energi dan potensi yang tersembunyi.
Kemudian, dengan senjata itu pula, ledakkanlah kapasitas diri mereka, untuk membuat kehidupan jadi lebih baik.
Dunia Inspirasi All Rights Reserved. Blogger Template created by Deluxe Templates
Free Blogger Templates andWordpress Theme by Skinpress, download Free Wordpress Templates