rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Minggu, 29 November 2009

if there is a will, there is a way

Selalu ada harga yang harus dibayar untuk menjadi yang terbaik. Itulah fakta yang semakin saya sadari belakangan ini.

Di saat yang sama di pikiran saya berkelebatan ide-ide tentang bagaimana mewujudkan impian saya. Seolah menjawab kegelisahan saya ini, Allah menakdirkan saya untuk mendengar baik-baik dua nasihat dari dua pengalaman berbeda yang saya lalui. Pertama, nasihat dari bapak Ustadz. Kemarin lusa. Bertempat di rm. Ampera jatinangor, di sela-sela acara buka bersama, bola liar obrolan meluncur ke tema pernikahan. Ada kata-katanya yang sangat saya ingat, dan jadi masukan luar biasa untuk saya, “untuk menikah itu”, katanya, “diperlukan 10%keberanian, dan 90% nekat”…..”tapi, semuanya (keberanian+nekat) itu tetap dibingkai oleh keimanan”.

Jujur ini bukan nasihat baru bagi saya, tapi saya harus mengakui sepenuhnya bahwa nasihat ini punya “nyawa” baru, ketika dibungkus oleh konteks kekinian. Alhamdulillah, saya mendapat semangat baru, bahwa memang segala sesuatu butuh keberanian, dan terkadang kenekatan untuk memulai. Saya juga jadi teringat, dulu ketika job training di DCT saya sempat bertanya sama pak Aji, salah satu trainer DCT“. “pa, apa rahasianya bisa jadi trainer”, kata saya. “Nekat Van…”, jawab pak Aji, singkat, dan hanya itu jawabannya. Saya yakin itu adalah satu kata yang mewakili berjuta pengalaman..hmm

Nasihat kedua, adalah kata-kata yang meluncur dari entrepreneur muda terkenal yang memang sedang naik daun. Namanya Handi Setiono, yang populer lewat kebab turki baba rafinya. Terakhir, ia baru mendapat penghargaan spirit entrepreneur of the year dari ernst and young. Di acara metro pagi, Handi dan istrinya diwawancara seputar kesuksesannya memulai usaha dengan modal 4 juta, hingga saat ini sukses dengan mencapai 500 outlet di seluruh indonesia. Ketika ditanya apa rahasia suksesnya, dan apa pesannya untuk para calon entrepreneur muda indonesia, Handi berpesan, “untuk anda para entrepreneur muda, kalo kita sudah terlalu banyak ide dalam kepala….mulai saja bisnisnya, biar kita merasakan prosesnya, jatuh bangunnya”.

Ya, itulah masalah kebanyakan kita, terlalu banyak berpikir, dan miskin dalam mengambil tindakan. Saya jadi teringat tentang kisah tiga ekor katak yang memutuskan untuk melompat. Hmmm. Ada satu lagi pelajaran hidup yang terlampau manis untuk dilewatkan, sebuah fakta bahwa dalam mencapai kesuksesan kita harus memulai, kita harus bertindak, dan seringkali tindakan itu mengandung resiko besar. Tapi memang begitulah hidup, tak akan ada hasil tanpa resiko, dan ukuran resiko akan berbanding lurus dengna hasil yang didapatkan. Oleh karenanya, 90% kita harus nekat….dalam bungkus keimanan tentunya.

So, keep movin…begitu pesan salah seorang teman di facebook.

Oiya, ada satu inspirasi yang terlewatkan. Saya mendapatkannya hari ini, dari sebuah program trans7, She Can. Dan sepertinya ini akan jadi program favorit saya. Kisah nyata yang diangkat adalah tentang seorang TKW, lulusan sma yang telah sukses menjadi penulis buku best seller. Cerita bermula ketika sang TKW melihat iklan workshop kepenulisan, dan ia memutuskan untuk mengikutinya. Kegemaran menulispun timbul dan ia memutuskan untuk mengikuti milis para penulis.

Disana ia belajar banyak. Tentang bagaimana membuat tulisan yang menarik. Akhirnya, tibalah tawaran untuk membukukan tulisan-tulisannya. Judul bukunya hebat, “Anda Luar Biasa!!”. Pasca penerbitan bukunya, sang TKW banyak menerima panggilan, untuk memberikan motivasi…dan kini ia adalah seorang motivator. Yang membongkar tembok-tembok ketidakmungkinan, dan membuktikan kepada dunia, bahwa if there is a will, there is a way…

Reblog this post [with Zemanta]

Senin, 16 November 2009

Kreativitas dalam Public Speaking


Diantara anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, adalah kemampuan berbicara. Kita telah melihat betapa sejarah dibangun oleh para orator-orator ulung. Kemampuan berbicara, menjadi ukuran kebesaran seorang pelaku sejarah. Kita tentu ingat Hitler dengan orasi-orasinya, begitupun Musolini di itali. Meskipun memang negativitas kedua orang ini besar, tapi mereka sama-sama menggunakan kemampuan berbicaranya untuk mempengaruhi dan mengubah massa. Dan alat yang sama (kemampuan berbicara) tentunya juga bisa kita lakukan untuk kebaikan.

Kita juga mengenal Soekarno. Untuk membuat sebuah orasi yang memukau, Soekarno berlatih di depan cermin. Ia juga memperbanyak jam terbangnya dengan selalu memberikan pidato-pidatonya dalam setiap pertemuan organisasi pemuda. Ia juga banyak mengutip pemikiran orang-orang besar dalam sejarah. Untuk ukuran pada zamannya, Soekarno terhitung kreatif dengan upaya-upayanya dibandingkan dengan orator-orator bangsa yang lainnnya. Artinya, untuk menjadi seorang orator ulung, dibutuhkan adanya kreativitas.

Masih ingat Obama yang fenomenal?. Ia terkenal bukan hanya dari kecerdasan dan aksi-aksinya, tetapi juga pidatonya yang memukau. Ia berbicara jelas, kadang berapi-api untuk menunjukkan dan menggugah semangat bangsanya. Dan kesuksesan Obama sebagai orator, meninggalkan sebuah jejak, artinya bisa kita tiru, ikuti, dan modifikasi. Sudah barang pasti, pidato-pidato Obama juga merupakan produk kreativitas, bukan hanya dari dirinya, tapi tim di balik pidatonya.

Adalah John Faverou sang penulis pidato Obama. Ia mengolah hasil riset, kemudian mengembangkan dan menulis bahan-bahan untuk pidato Obama. Ketika puncak kampanye, John harus memutar otaknya sehari selama hampir 16 jam, hanya untuk satu pekerjaan: merancang dan menulis pidato Obama. John memang jarang disebut-sebut di Media, tapi bahan-bahan dan segala proses kreatif yang mendahuluinya, ikut andil dalam kesuksesan Obama.

Jadi, dalam sebuah aktivitas publik speaking, kreativitas mutlak diperlukan. Kreativitas diawali dengan pemahaman yang utuh tentang siapa audiens dan berbagai kecenderungan serta kebutuhannya. Kedua, menentukan bagaimana pembukaan akan dilakukan. Ketiga, merancang pesan-pesan kunci sebagai jawaban dari kebutuhan peserta, dan apa yang ingin mereka dengar. Dan terakhir adalah dorongan untuk mengajak audiens melakukan sesuatu. Ini tidak mudah, tapi bisa dilakukan.

Kita harus memutar otak lebih keras, agar pengaruh speaking kita lebih “menderas”.



















kadang, satu langkah lagi menuju kesuksesan adalah langkah tersulit yang harus kita lalui. tapi, itu bisa kita lakukan....dan apa yang kita capai, akan mengobati setiap kelelahan kita....semangat!!

Sepatah Kata, Segudang Senjata!



Kata-kata, memang luar biasa. ia punya seribu wajah untuk menunjukkan diri dalam kegembiraan dan kesedihan, kemenangan dan kekalahan, kekuatan dan kelemahan, harapan dan kepasrahan, optimisme dan pesimisme, keteguhan dan kelelahan,
bahkan kehidupan dan kematian.

Begitulah kata-kata, sifatnya seperti pisau. Selalu punya dua sisi, kebaikan dan kejahatan. Maka berhati-hatilah atasnya, gunakan ia untuk menumbuhkan dirimu dan orang lain, karena kata-kata yang kesalahan arah, akan berubah menjadi darah. Perhatikanlah bagaimana kata “cicak dan buaya” memaksa jutaan mata, telinga, hati dan pikiran menjadi lelah.

Kata-katalah yang membentuk orang-orang besar yang memperjuangkan kebanaran. Menyulap seorang budak menjadi raja di dunia dan akhirat. Kata-kata juga yang membesarkan para penjahat gombal, yang selalu konsisten memperjuangkan kesalahan. Yang menjatuhkan sang kaisar menjadi seseorang yang kesasar.

Sekarang, marilah kita sedikit “mendaratkan” cara pandang kita. Lihatlah bagaimana kata-kata mengubah persahabatan menjadi suram, dan penuh dengan kebencian. Tapi perhatikan juga bagaimana kata-kata dapat mengikat persahabatan jadi sehidup semati, susah maupun senang, dunia juga akhirat.

Katalah, yang menjerumuskan seseorang pada jerat-jerat cinta, yang tampilannya rupawan tapi isinya mengerikan. Yang penampakannya berbunga-bunga, tapi jiwanya berduri-duri. Kemudian, kata juga yang membimbing seseorang menapaki jalan cinta para pejuang. Yang suci, yang abadi, yang hakiki.

Kemudian jika kata, disulam menjadi senjata, waspadalah. Karena ia bisa jadi sangat menyakitkan, atau bisa juga sangat membangkitkan.

Maka ketika kamu diberi kesempatan, untuk menyampaikan sepatah-duapatah kata, dalam setiap panggung kehidupan, pastikan kata-katamu adalah senjata terbaik. Senjata, untuk menghancurkan tembok-tembok pembatas kreativitas, meruntuhkan hambatan-hambatan belajar dan berkarya, membunuh setiap perasaan dan sikap pesimis, mengubah energi negatif menjadi positif, menghanguskan rasa rendah diri dan keterbelakangan, membongkar energi dan potensi yang tersembunyi.

Kemudian, dengan senjata itu pula, ledakkanlah kapasitas diri mereka, untuk membuat kehidupan jadi lebih baik.

Selasa, 10 November 2009

Dari paradigma, Sampai olah Vokal

Worli Sea FaceImage by Swami Stream via Flickr

menyenangkan sekali hidup ini. selain berbagai masalah yang kita hadapi, masih banyak hal yang bisa kita syukuri. Banyak hal sederhana yang membuat kita sadar, bahwa hidup sepenuhnya baik terhadap kita. Apalagi hal-hal besar, yang menumbuhkan kita, yang mencerahkan kita, dan membuat kita membalik paradigma hampir 180 derajat, tentang romantika kehidupan.

pagi ini, sepertinya saya mendapat semangat baru. beruntunglah fase dropnya motivasi berlangsung sebentar, dan Alhamdulillah itu semua sudah berlalu. Hari rabu adalah hari meeting rutinnya TRUSTCO, saya datang sekitar jam 10 pagi, dan tentunya dengan semangat baru, dan motivasi belajar tingkat tinggi.

Banyak keberkahan yang kita dapatkan ketika bertemu orang. apalagi di TRUSTCO, keberadaan para trainernya yang super-super terlalu sayang untuk dilewatkan, setiap gagasan, pengalaman, dan ilmunya. Tadi juga saya mendapatkan pengetahuan baru yang luar biasa. Pa Ahmad Yani, senior trainer TRUSTCO, "membongkar" dapur tentang public speaking seorang trainer. Pa Ahmad Yani, berbagi pengetahuan tentang pernapasan, olah vokal, intonasi, pitch control, sound character, termasuk ekspresi. LUAR BIASA...saya merasa mendapat jalan baru, untuk mengasah kapasitas sebagai seorang trainer.

Bahkan, kepikiran untuk mengikuti kursus Vokal khusus public speaking di EMS Bandung. Alhamdulillah, setelah searching2, dapet juga alamat EMS, mudah-mudahan nanti bisa dikontak, buat nanya berbagai informasi dasar tentang program kursusnya.

Sekarang saya semakin paham, bahwa hidup adalah sebuah perjalanan. hidup adalah sebuah proses, dan tugas kita adalah menitinya setahap demi setahap, selangkah demi selangkah. untuk mencapai puncak, kita musti bertindak, melakukan langkah pertama, mengoptimalkan potensi, dan tentunya yang terpenting adalah konsisten dengan langkah-langkah kita.
Reblog this post [with Zemanta]

Selasa, 03 November 2009

Buaya itu terbunuh, Oleh seekor Cecak


Entah sejak tanggal berapa tepatnya, wacana pertarungan antara “cecak” melawan “buaya”, menjadi ide yang sangat memikat untuk diperbincangkan di ruang publik kita. Wacana itu, seperti bola salju yang digelindingkan dari puncak bukit, yang semakin lama semakin membesar, dan semakin liar. Tragisnya, entah karena salah perhitungan atau karena “daya tarik alam”, bola yang semakin besar itu kini dengan cepat dan pasti mengarah pada “rumah” sang pelempar.

Pertarungan cecak dan buaya memang sangat menarik, dan mendebarkan. Logika alam berkata bahwa siapa yang lebih kuat dialah yang akan menang. Tapi logika kebenaran berkata lain. Logika kebenaran menganggap siapa yang benar merekalah yang terhormat dan pantas untuk diberikan kehormatan, tak peduli apakah ia lebih kuat atau lebih lemah secara “fisik”. Nah, pertarungan ini, adalah pembauran sekaligus kekacauan dari dua logika tadi. Si cecak yang lemah, ternyata memiliki kecenderungan untuk benar, dan si buaya yang kuat cenderung sedang tidak benar dalam posisinya saat ini.

Cecak memang bukan lawannya buaya. Tapi pertarungan yang kecil melawan si besar ada riwayatnya, seperti Jalut yang dibuat K.O oleh Daud a.s, dengan satu lemparan. Artinya, selalu ada peluang dan kemungkinan, cecak menang melawan buaya, walaupun mungkin kesempatannya 1:100. Tapi, tentu saja hasilnya menggembirakan. Jika cecak menang melawan buaya, ini akan jadi legenda kepahlawanan. Lain halnya jika buaya menang menghabisi cecak, ini akan berakhir dengan kisah kepecundangan…..tentang buaya sadis yang tak tahu malu.

Sekarang, kemungkinan menangnya cecak, yang 1:100 tadi bisa jadi berbalik. Fakta bahwa hampir 500.000 (dan terus akan bertambah) penduduk kelurahan facebook memberikan dukungan terhadap cecak, merupakan sebuah amunisi yang bisa merubah cecak menjadi “bermental buaya”. Pun sebaliknya, berbagai tekanan dari pilar demokrasi yang keempat, kelima, dan seterusnya, menjadikan posisi buaya dalam keadaan mental “cecak”. Kalau seperti ini, besar kemungkinan, perlahan tapi pasti cecak akan menghabisi buaya. Bukan secara fisik, tapi secara karakter, kewibawaan, dan kepercayaan publik.

Tapi sejatinya, bukan tayangan itu yang ingin kita saksikan. Kita ingin cecak dan buaya bermitra, kita ingin cecak dan buaya menjadi dream team, dalam proyek besar pemangsaan “binatang-binatang” yang memang “layak” untuk dimangsa. Cecak dan buaya seharusnya berbagi tugas. Cecak naik pohon, melihat, mengamati, menganalisis, menyelidiki dan memergoki “mangsa-mangsa” culas yang bernama koruptor itu. Jika sudah dapat, maka berikutnya adalah tugas buaya untuk mengeksekusi sang mangsa. Karena memang tubuhnya lebih besar, dan taringnya lebih tajam, kemudian ekornya lebih kekar, sehingga buaya ini punya wewenang yuridis untuk menjerat dan mengeksekusi sang mangsa.

Walaupun memang, menjadi sebuah tim butuh pengorbanan. Dan diantara pengorbanan terbesar yang diperlukan untuk menjadi bagian dari tim adalah: Pengorbanan EGO. Sudah saatnya para penegak hukum diberikan kuliah khusus tentang emotional intelligence, atau spiritual intelligence…atau mungkin training khusus tentang team building....(hubungi saya pak…)J

Baiklah…,sepertinya kisahnya cukup sampai situ. Memang politik negeri ini penuh dengan analogi atau perumpamaan. Cicak dan buaya (masalah hukum yang menjadi sangat politis), politik gangsing, politik yoyo, dan seterusnya. Bahkan para pengamat kita cenderung menganalisis perilaku penguasa dengan simbolisasi pepatah jawa, pewayangan, dan seterusnya. Tapi itu menyegarkan, untuk tema politik yang memang berat. Setidaknya, kita sedikit terhibur dengan menggunakan simbol-simbol wakilan untuk menggambarkan realitas. Kemudian, kita juga jadi penasaran, bagaimana ya cerita berikutnya?

Cari Blog Ini