rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Senin, 17 Agustus 2009

masih tentang kemerdekaan

{{legend|#ff0000|1930 to 1939}} {{legend|#ff54...Image via Wikipedia

Ternyata diam itu tidak membuat hidup jadi nyaman. Saya sendiri merasakan, bahwa kehidupan tanpa aktivitas ternyata membuat saya merasa sangat bosan, semangat dan motivasi terus melorot, bahkan dirasa-rasa kesehatanpun ikut drop. Beberapa hari kebelakang sakit mulai sembuh, ga ada lagi demam atau flu, yang sisa hanya sakit tenggorokan, batuk dan penyakit langganan saya:sariawan. Sekarang, batuk malah tambah parah, tenggorokan terasa sangat gatel, seperti ada semut yang berlarian di dalamnya, berdahak pula. Kadang-kadang rasanya jadi mual, kayak orang hamil (walaupun saya ga tau gimana rasanya jadi orang hamil). Yah, begitulah hipotesis saya, semakin banyak diam, kesehatan semakin turun.

Sekarang 17 agustus malem, tadi di TV ramai sekali dibahas tentang berbagai macam aktivitas rakyat indonesia dalam merayakan hari kemerdekaannya. Ada yang mengibarkan bendera di dalam laut, gua, dan juga di atas gunung. Perlombaannya juga tak kalah unik, ada istri-istri TNI yang maen bola terong, ada bule-bule turis surabaya yang ikut maen jeruk dangdut, dan ada juga panjat pinang di bekasi yang puncak tiangnya dipasangi foto nurdin m top, mungkin supaya nambah semarak.

Sedangkan di sekitar rumah saya, sepi sekali. Walaupun tadi sore sekelompok ibu-ibu berinisiatif untuk mengadakan lomba kecil-kecilan, dari mulai balap kerupuk sampai balap bakiak, seru sekaligus malu. Kenapa malu?, karena tak satupun pemuda terlibat sebagai panitia atau yang berinisiatif untuk mengadakan dan memimpin acara lomba. Apakah ini adalah simbol “kematian” semangat dan kreativitas pemuda?, setidaknya di RW tempat saya bernaung, sedangkan saya sendiri adalah pemuda?. Karena itulah saya malu. Salut buat ibu-ibu.MERDEKA!!!

Baru saja saya merenungkan apa arti kemerdekaan?. Dan bagi saya, tentunya kemerdekaan tak sesederhana terlepas dari kolonialisme, atau dirobeknya kain berwarna biru pada bendera Penjajah yang dikibarkan di tanah kita. Bagi saya, kemerdekaan itu konsep yang teramat luas, seluas wilayah nusantara dari sabang sampai merauke. Dan karena luas, saya jadi malas untuk berpendapat, tapi setidaknya saya masih bisa usul. Menurut saya, bagusnya konsep kemerdekaan dibuat kuantitatifnya. Semisal teori kemiskinan yang diungkap oleh seorang profesor, bahwa konsep miskin bisa dihitung dari berapa jumlah kalori yang dikonsumsi oleh seseorang.

Begitupun kemerdekaan, ia bisa jadi ukuran tentang berapa kali (juga termasuk angka kandungan gizi) seseorang makan sehari. Atau berapa ukuran iq rata-rata penduduk, mungkin juga luas rumah, pendapatan (gaji), termasuk tingkat kesehatan. Konsekuensinya, kalo masih ada orang sakit dan ga bisa berobat karena biaya rumah sakit mahal atau administrasinya terlalu sulit untuk diurusi oleh si sakit yang lulusan sd, maka kita belum merdeka kawan.

Bagi saya, kemerdekaan adalah sebuah proses, sebuah perjuangan tanpa akhir. Ia tak berujung pada lomba kerupuk atau panjat pinang, ia berakhir ketika memang semua ukuran-ukuran kemerdekaan yang dibuat terpenuhi….dan itu masih panjang.


Reblog this post [with Zemanta]

2 komentar:

DevanGolightly mengatakan...

Hah? baru sekarang ngerasa klo diem itu ngbosenin??
heheheh

Merdekakan diri kita dari belenggu! ayo bergerak!

Irvan Rachmawan mengatakan...

udah agak lama sih Van, cuma sekarang puncaknya kali ya...hehe

mari bergerak, Merdeka!!

Cari Blog Ini