rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Sabtu, 30 Mei 2009

Sakit Karena Cinta


tidak karena banyak hal kutulis celoteh ini. tidak karena akhir2 ini lagu2 melow mendominasi "kotak b***h" di ruang tengah yang sempit itu, atau karena presiden kita sering menampakkan tampang sedih karena merasa dizholimi oleh lawan-lawan politiknya. Tidak juga karena ibuku terlambat menyiapkan sarapan, akibat tukang tahu yang biasa lewat di depan rumah kena DBD seingga ia dan tahunya absen pagi ini. Atau karena sekelumit kisah mengenai tatanan relasional pribadi yang terlampau rumit untuk diceritakan, karena memang kisahnya tak pernah ada.

Beginilah kita, gemar mengarang cerita (kita?), dan mendramatisasi sesuatu. Mungkin karena memang "hidup itu seperti sebuah drama", kata Goffman. atau kita lebih setuju pendapat Mead, yang menyangka bahwa "hidup adalah drama itu sendiri". ah, sudahlah, mungking pendapat itu hanya ada dalam buku kawan.

Kadang drama menyisakan banyak pertanyaan. Tak jarang pula, sang lakon bertanya-tanya tentang alur ceritanya. ada banyak pertanyaan muncul, tentang mengapa seseorang tega mengambil kembali apa yang sudah diberikannya?, mengapa kisah lucu seorang caleg yang gagal, mengambil kembali karpet, televisi, dan rebaya yang disumbangkannya pada majelis taklim setempat, harus terpahat di halaman sejarah bumi pertiwi?. mengapa pula orang dengan kekayaan 1,5 T masih mencari untuk dengan mencalonkan diri menjadi orang dengan posisi tertinggi di republik ini?.

Cukuplah bicara politik, tapi pertanyaan itu belum usai, tentang mengapa sepasang calon mantan suami istri meributkan harta gono-gini dan hak asuh anak selama setahun lebih di pengadilan, yang urung memunculkan kata sepakat?. atau kejadian-kejadian irasional yang tidak terjadi jaman dulu, justru hari2 ini semakin marak terjadi. terlalu naif, jika jawabannya hanya "karena itu semua menarik". Biarlah para pegiat bisnis media, atau praktisi infotainment yang berkesimpulan seperti itu.

Tapi percaya atau tidak, berilah kesempatan pada seorang romantis untuk menjawabnya, dan ia akan berujar: "itu semua karena cinta". ya, karena cinta kawan. drama rumit itu selalu berawal dan memuncak pada kata cinta. sebuah kata yang tak pernah memunculkan konsensus dari dinasti ke dinasti, sekali lagi ini memang ironis, sekaligus dramatis. Baiklah, saya relakan semua penerjemahan kata "cinta" kepada para pembaca yang budiman dimanapun anda berada. Saya serahkan juga, segala hak untuk mendefinisikan kepada sidang pembaca yang terhormat. berat bagi saya untuk membuat garus batas tentang konsep itu, selalu terngiang dalam benak, apa yang disimpulkan Rumi tentang cinta, "segala yang kau baca dalam buku, tentang cinta...itu semua bohong". hmmm, baiklah, daripada saya memberikan kebohongan yang bertele-tele, lebih baik mengemas jawaban-jawaban itu semua melalui frase-frase yang mengena (mungkin): cinta harta, cinta dunia, cinta kekuasaan, cinta diri, dan....cinta semu.


Ya Robb, sembuhkan kami dari cinta-cinta yang membuat kami sakit

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini