
Begitulah kata-kata, sifatnya seperti pisau. Selalu punya dua sisi, kebaikan dan kejahatan. Maka berhati-hatilah atasnya, gunakan ia untuk menumbuhkan dirimu dan orang lain, karena kata-kata yang kesalahan arah, akan berubah menjadi darah. Perhatikanlah bagaimana kata “cicak dan buaya” memaksa jutaan mata, telinga, hati dan pikiran menjadi lelah.
Kata-katalah yang membentuk orang-orang besar yang memperjuangkan kebanaran. Menyulap seorang budak menjadi raja di dunia dan akhirat. Kata-kata juga yang membesarkan para penjahat gombal, yang selalu konsisten memperjuangkan kesalahan. Yang menjatuhkan sang kaisar menjadi seseorang yang kesasar.
Sekarang, marilah kita sedikit “mendaratkan” cara pandang kita. Lihatlah bagaimana kata-kata mengubah persahabatan menjadi suram, dan penuh dengan kebencian. Tapi perhatikan juga bagaimana kata-kata dapat mengikat persahabatan jadi sehidup semati, susah maupun senang, dunia juga akhirat.
Katalah, yang menjerumuskan seseorang pada jerat-jerat cinta, yang tampilannya rupawan tapi isinya mengerikan. Yang penampakannya berbunga-bunga, tapi jiwanya berduri-duri. Kemudian, kata juga yang membimbing seseorang menapaki jalan cinta para pejuang. Yang suci, yang abadi, yang hakiki.
Kemudian jika kata, disulam menjadi senjata, waspadalah. Karena ia bisa jadi sangat menyakitkan, atau bisa juga sangat membangkitkan.
Maka ketika kamu diberi kesempatan, untuk menyampaikan sepatah-duapatah kata, dalam setiap panggung kehidupan, pastikan kata-katamu adalah senjata terbaik. Senjata, untuk menghancurkan tembok-tembok pembatas kreativitas, meruntuhkan hambatan-hambatan belajar dan berkarya, membunuh setiap perasaan dan sikap pesimis, mengubah energi negatif menjadi positif, menghanguskan rasa rendah diri dan keterbelakangan, membongkar energi dan potensi yang tersembunyi.
Kemudian, dengan senjata itu pula, ledakkanlah kapasitas diri mereka, untuk membuat kehidupan jadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar